Fotografi Jadi Alat Perjuangan di Era Digital, DPRD Sumbar Dukung Padang Photo Festival

PenaHarian.com
3 Agu 2025 17:53
2 menit membaca

PADANG, — Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat, Nanda Satria, menyebut fotografi sebagai alat perjuangan dan propaganda yang ampuh di era digital. Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber dalam talkshow “Peran Fotografi di Kota Padang” dalam rangkaian Padang Photo Festival (PPF) yang digelar di Museum Adityawarman, Sabtu (2/8/2025).

Menurut Nanda, kekuatan visual dalam fotografi mampu membangun opini publik, memengaruhi kebijakan, hingga mempromosikan budaya dan pariwisata daerah. Di tengah derasnya arus informasi, gambar justru lebih kuat dari kata-kata.

“Fotografi bukan hanya alat dokumentasi, tapi juga media perjuangan dan propaganda. Ia bisa menyuarakan ketimpangan, membangkitkan memori kolektif, dan memperkenalkan nilai-nilai daerah ke dunia,” tegas Nanda.

Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah bersama DPRD terus mendorong hadirnya ruang-ruang kreatif di Kota Padang. Museum Adityawarman, katanya, berpotensi besar menjadi ruang publik yang mendukung aktivitas seni dan budaya, termasuk fotografi.

Senada dengan Nanda, akademisi Universitas Negeri Padang, Yuli Hendra Multi Albar, menilai fotografi memiliki keunggulan dalam menyampaikan pesan budaya secara cepat dan langsung kepada masyarakat.

“Visual lebih mudah dicerna publik dibanding narasi panjang. Ini membuat fotografi sangat efektif sebagai alat komunikasi budaya,” kata Yuli.

Sementara itu, fotografer senior LKBN Antara, Iggoy el Fitra, menyoroti pentingnya ruang diskusi dalam dunia fotografi. Ia mengangkat bagaimana dokumentasi pascagempa 2009 di Kota Padang menjadi bukti kekuatan visual dalam merekam sejarah.

“Minat masyarakat terhadap fotografi makin tinggi, tapi ruang diskusi masih minim. Kita perlu lebih banyak forum untuk membedah karya agar kualitasnya meningkat,” ujarnya.


Kepala UPTD Museum Adityawarman, Tuti Alawiyah, menyambut baik penggunaan museum sebagai ruang ekspresi visual. Ia menegaskan, museum siap menjadi tempat penyimpanan dan pameran karya fotografi yang memiliki nilai sejarah.

“Foto hari ini adalah arsip sejarah masa depan. Museum terbuka untuk menampung dan menampilkannya,” kata Tuti.


Koordinator Padang Photo Festival, Budi Ramadhon, menjelaskan bahwa festival ini merupakan kolaborasi antara DPRD Sumbar, Museum Adityawarman, serta komunitas fotografi lokal. Kegiatan ini melibatkan pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum.

Selain talkshow, PPF juga menggelar lomba foto on the spot pada 3–9 Agustus 2025 serta pameran 25 karya terbaik yang akan dibuka pada 10 Agustus 2025.

“Kami ingin PPF menjadi agenda tahunan yang meningkatkan apresiasi terhadap fotografi dan memperkuat peran dokumentasi visual dalam pembangunan daerah,” kata Budi.


Padang Photo Festival menjadi momentum penting bagi fotografi di Sumatera Barat, tak hanya sebagai seni, tetapi juga sebagai alat advokasi, sejarah, dan promosi daerah menuju era digital yang lebih bermakna.

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.