Pemprov Sumbar Akan Terapkan Teknologi EEWS untuk Mitigasi Bencana

PenaHarian.com
7 Okt 2024 13:50
2 menit membaca

Padang – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) di bawah kepemimpinan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Audy Joinaldy, berencana untuk menerapkan teknologi Earthquake Early Warning System (EEWS) sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana gempa dan tsunami di wilayah Sumbar. Teknologi ini dirancang untuk mendeteksi gelombang seismik sebelum gempa terjadi, memberikan waktu berharga bagi masyarakat untuk berlindung.

Audy Joinaldy memaparkan rencana ini saat memberikan kuliah umum tentang kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Kampus III UIN Imam Bonjol Padang, Minggu (6/10/2024). “Dengan teknologi EEWS, masyarakat akan mendapatkan peringatan dini beberapa detik sebelum gempa, sehingga dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk menyelamatkan diri,” ujar Audy.

Selain EEWS, Pemprov Sumbar juga telah merumuskan 10 kebijakan utama dalam penanggulangan bencana. Kebijakan ini meliputi aktivasi Early Warning System (EWS) dan inklusi EWS, penguatan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB), optimalisasi tempat evakuasi sementara (TES), fungsionalisasi jalur evakuasi, hingga penerapan building code yang memanfaatkan gedung ramah gempa sebagai shelter.

Audy menegaskan, kolaborasi dari berbagai pihak sangat penting untuk meminimalkan risiko bencana di Sumbar. Salah satu mitra strategis yang berperan aktif adalah Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). “Kami berterima kasih atas dukungan MDMC dalam penanganan bencana di Sumbar. Semoga kolaborasi ini terus terjalin dengan baik,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang Januari hingga Juni 2024, Indonesia telah mengalami 874 bencana, dengan 263 korban jiwa, 28 orang hilang, 410 luka-luka, dan lebih dari 3,8 juta warga yang harus mengungsi. Di Sumbar sendiri, tercatat 141 bencana, mayoritas berupa tanah longsor, banjir, dan angin kencang. Dampaknya, 94 korban jiwa, lebih dari 87 ribu pengungsi, dan ribuan rumah serta fasilitas umum mengalami kerusakan.

Menyikapi kondisi ini, Audy menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, terutama ancaman megathrust yang berpotensi terjadi di Sumatera. “Tidak ada yang bisa memastikan kapan gempa besar datang. Namun, kita harus siap dan memanfaatkan teknologi seperti EEWS untuk mengurangi dampaknya,” tuturnya.

Kuliah umum ini diadakan dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2024 dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Acara ini mendapat antusiasme tinggi dengan dihadiri lebih dari 1.284 peserta, termasuk akademisi, pemerintah, dan masyarakat umum.

Ketua MDMC Sumbar, Portito, menyatakan bahwa kegiatan ini berhasil memberikan edukasi yang signifikan dan diharapkan dapat memperkuat kesiapsiagaan di tengah masyarakat. “Kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya upaya bersama untuk menghadapi bencana di masa depan,” tutupnya.

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.