Gubernur Mahyeldi: Silat adalah Madrasah Kehidupan, Warisan Luhur yang Harus Dihidupkan Kembali

PenaHarian.com
3 Jul 2025 16:50
3 menit membaca

PADANG — Pelantikan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat bukan sekadar ajang seremonial organisasi, tetapi menjadi momen penting yang menegaskan kembali jati diri budaya Minangkabau. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, tampil sebagai figur sentral yang menggugah kesadaran bersama akan pentingnya pencak silat sebagai bagian dari pendidikan karakter dan peradaban Minang.

Dalam sambutannya pada pelantikan Vasko Ruseimy St. Nagari Sati sebagai Ketua IPSI Sumbar masa bhakti 2025–2029, Gubernur Mahyeldi menegaskan bahwa silat bukan semata olahraga bela diri, tapi madrasah kehidupan yang sarat dengan nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya.

“Silat mengajarkan kesabaran, keberanian, kejujuran, dan disiplin. Ini selaras dengan filosofi hidup masyarakat Minangkabau dan ajaran Islam. Maka kita harus kembali menjadikannya sebagai pilar pembinaan generasi muda,” tegas Mahyeldi dalam acara yang digelar di Auditorium Gubernuran, Kamis (3/7/2025).

Gubernur juga menyoroti bagaimana silat dahulu diajarkan di surau-surau, seusai salat Isya, oleh para ulama dan tuo silek. Artinya, silat bukan sekadar latihan fisik, tetapi bagian dari sistem pendidikan nonformal yang holistik, menyentuh aspek akhlak, mental, dan spiritual.

“Silat bukan sekadar gerakan tubuh, tapi gerakan hati dan pikiran. Ini warisan yang harus kita hidupkan kembali, agar generasi muda tak hanya tangguh secara fisik, tapi juga kuat secara moral,” tambahnya.

Lebih jauh, Mahyeldi menyerukan agar IPSI membangun ekosistem pembinaan atlet yang berjenjang dan berkelanjutan dari tingkat nagari, kabupaten/kota, hingga provinsi. Ia juga menyampaikan tiga pesan penting kepada pengurus baru:

  1. Jadikan jabatan sebagai amanah, bukan tujuan pribadi.
  2. Lakukan pembinaan atlet secara sistematis dan konsisten.
  3. Libatkan generasi muda dan kaum perempuan dalam pengembangan silat.

“Silat adalah aset budaya dan aset bangsa. Jangan biarkan warisan ini hilang hanya karena kelalaian kita. Rangkul semua lini—budaya, pendidikan, olahraga, dan keagamaan—untuk memperkuat IPSI,” pungkas Gubernur Mahyeldi.

Sikap dan visi Mahyeldi mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Umum PB IPSI, Dr. Djayeng Tirto Soedarsono, yang hadir langsung melantik Vasko. Djayeng menyebut, pendekatan Sumbar yang menyatukan budaya, agama, dan olahraga dalam silat merupakan model pembinaan yang bisa dijadikan contoh bagi daerah lain di Indonesia.

“Gubernur Mahyeldi punya perhatian luar biasa terhadap silat, bukan hanya sebagai olahraga, tapi sebagai filosofi hidup. Ini kekuatan Sumbar yang tidak dimiliki semua daerah,” ujar Djayeng.

Pelantikan itu turut dihadiri sejumlah tokoh adat, tuo silek, pengurus IPSI kabupaten/kota se-Sumbar, serta para atlet dan pelatih pencak silat. Dengan komitmen bersama dari pemerintah daerah, PB IPSI, dan tokoh-tokoh budaya, Sumbar kini siap melangkah ke depan, mengangkat silat Minangkabau tidak hanya sebagai warisan, tapi juga sebagai kekuatan prestasi dan karakter bangsa.

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.