Gubernur Mahyeldi Dukung Hilirisasi Sawit: Dorong Ekspor dan Fiskal Daerah Lewat Diplomasi Ekonomi

PenaHarian.com
24 Apr 2025 08:39
2 menit membaca

PADANG – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, mengapresiasi pelaksanaan seminar nasional bertajuk “Membangun Diplomasi Sawit Indonesia yang Berdampak terhadap Peningkatan Fiskal Daerah” yang digelar secara hybrid oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sumbar, Rabu (23/4/2025).

Seminar yang diinisiasi oleh Kepala Kanwil DJPb Sumbar, Syukriah HG, ini dinilai sangat penting untuk memperkuat pemahaman pemerintah daerah, pelaku usaha, dan UMKM terhadap urgensi hilirisasi dan peningkatan ekspor komoditas unggulan daerah, terutama kelapa sawit.

“Ini kegiatan yang sangat positif. Kita bisa memahami lebih dalam tentang pentingnya hilirisasi dan ekspor sebagai upaya meningkatkan nilai tambah komoditas, serta memperkuat fiskal daerah,” kata Gubernur Mahyeldi usai mengikuti seminar.

Mahyeldi menekankan bahwa Sumbar memiliki potensi besar sebagai produsen sawit nasional. Berdasarkan data 2024, Sumbar memproduksi sekitar 699,39 ribu ton CPO, menyumbang lebih dari 79 persen dari total ekspor sawit nasional.

Namun demikian, ia menyayangkan minimnya jumlah pabrik pengolahan sawit yang hanya berjumlah 38 unit dan tersebar di beberapa kabupaten/kota. Hal ini, menurutnya, belum sebanding dengan potensi produksi yang ada.

“Jumlah pabrik ini masih kurang. Kita perlu menambah kapasitas hilirisasi, bahkan bila memungkinkan hingga ke produk jadi. Tapi tentu saja, ini memerlukan kolaborasi kuat lintas sektor,” tegas Mahyeldi.

Senada dengan itu, Diplomat Ahli Madya dari Kementerian Luar Negeri, Drs. Freddy M. Panggabean, MA, menyampaikan bahwa di tengah tantangan global seperti perang dagang dan tren retaliasi ekonomi, Indonesia perlu memperkuat strategi diplomasi komoditas unggulan.

“Tidak mudah, tetapi tidak mustahil. Sinergi antar pemangku kepentingan adalah kuncinya. Inilah tujuan dari diskusi ini, agar kekuatan daerah bisa dikapitalisasi untuk kepentingan nasional,” kata Freddy.

Ia menyebut bahwa dalam lima tahun terakhir, ekspor minyak sawit menyumbang devisa antara US$ 22 hingga US$ 39,07 miliar. Namun produksi nasional relatif stagnan di angka 51,2–54,8 juta ton, sehingga inovasi hilirisasi menjadi sangat mendesak.

Freddy menambahkan, informasi detail tentang potensi dan regulasi daerah sangat dibutuhkan oleh Kementerian Luar Negeri dan perwakilan RI di luar negeri untuk kepentingan promosi dan penjajakan kerja sama investasi.

“Kami berharap Pemda menyiapkan paket regulasi yang berpihak pada kemudahan berusaha. Dengan begitu, iklim investasi menjadi lebih menarik bagi mitra luar negeri,” jelasnya.

Selain Gubernur Mahyeldi dan Freddy Panggabean, seminar ini juga menghadirkan sejumlah narasumber penting, seperti Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Astera Primanto Bhakti, Direktur Perdagangan dan Komoditas Kemenlu Ditua Agung Nurdianto, serta akademisi dari Universitas Andalas dan BPDP-KS.

Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum strategis untuk mengarahkan pembangunan daerah yang lebih berbasis ekspor, berorientasi hilirisasi, dan mendukung penguatan ekonomi nasional secara inklusif dan berkelanjutan.


Tidak ada komentar untuk ditampilkan.