Pasaman Bangkit: Kebersamaan dalam Keterbatasan

PenaHarian.com
8 Okt 2025 09:15
2 menit membaca


Oleh : Deni Syaputra
Praktisi, Akademisi dan Pemerhati Sosial

Hari ini, Kabupaten Pasaman genap berusia 80 tahun. Delapan dekade bukan usia yang singkat bagi sebuah daerah yang terus berjuang menegakkan marwah dan jati dirinya di tengah dinamika pembangunan nasional. Pemerintahan Kabupaten Pasaman periode 2025–2030 mengusung moto “Pasaman Bangkit” — sebuah seruan yang mengandung semangat, keberanian, dan optimisme untuk menatap masa depan dengan kepala tegak.

Namun, kebangkitan itu tidak datang di atas tumpukan kemewahan anggaran. Pasaman hari ini sedang menapaki langkah-langkah pembangunan dalam kondisi fiskal yang terbatas, bahkan dengan anggaran defisit. Tetapi justru di sinilah makna sejati dari kata bangkit diuji: bahwa kemajuan tidak semata diukur dari besarnya anggaran, melainkan dari kemauan, kebersamaan, dan semangat gotong royong seluruh elemen masyarakatnya.

Dengan kebersamaan, program-program pembangunan yang telah direncanakan akan terwujud satu per satu. Pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri; partisipasi masyarakat menjadi ruh utama dalam setiap langkah. Gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, apalagi dalam falsafah adat Minangkabau: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” harus benar-benar dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan.

Kabupaten Pasaman, dengan luas wilayah sekitar 3.947 km² dan jumlah penduduk lebih dari 300 ribu jiwa, merupakan daerah yang kaya potensi. Dari utara ke selatan, dari dataran tinggi hingga lembah, masyarakatnya hidup dari berbagai sektor: pertanian, perkebunan, peternakan, hingga perikanan air tawar. Letaknya yang strategis di ujung utara Sumatera Barat dan berbatas langsung dengan Provinsi Sumatera Utara menjadikan Pasaman sebagai daerah penghubung antarprovinsi dengan potensi ekonomi lintas batas yang besar.

Dalam momentum hari jadi yang ke-80 ini, harapan besar tertuju pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Pasaman agar senantiasa kompak dan solid, meskipun berasal dari latar belakang politik yang berbeda. Kekompakan itu akan menjadi contoh bagi masyarakat, sekaligus pondasi bagi harmonisasi antara eksekutif, legislatif, dan lembaga vertikal lainnya di daerah.

Nama Pasaman sendiri berasal dari kata “Pasamoan,” yang berarti dipersamakan — mengandung filosofi mendalam bahwa kemajuan hanya akan tercapai bila semua pihak bersatu. Mustahil Pasaman bisa bangkit dengan bekerja sendiri-sendiri. Hanya dengan persamaan visi, gotong royong, dan saling menghargai perbedaan, Pasaman akan benar-benar bangkit menuju masa depan yang lebih baik.

Delapan puluh tahun Pasaman bukan hanya catatan sejarah, melainkan juga panggilan bagi seluruh anak nagari untuk meneruskan estafet perjuangan membangun negeri. Saatnya kita buktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, melainkan cambuk untuk berinovasi, bekerja keras, dan bersama-sama membawa Pasaman menjadi daerah yang maju, religius, dan sejahtera.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Pasaman ke-80.
Pasaman Bangkit, dengan Kebersamaan Kita Kuat!

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.