Pasaman, – Senin (8/9/2025) halaman Gedung DPRD Pasaman dipadati massa mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dua organisasi ini, yang bernaung dalam Aliansi Mahasiswa Pejuang Rakyat, turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat.Orasi yang semula menggema dari pengeras suara perlahan bergeser menjadi percakapan terbuka.
Pemandangan berbeda terlihat ketika Bupati Pasaman Welly Suhery, Wakil Bupati Parulian Dalimunte, Ketua DPRD Pasaman, Kapolres, Kajari, Dandim 0305, Ketua Pengadilan Negeri Lubuk Sikaping, hingga seluruh anggota DPRD Pasaman keluar menemui massa.
Mereka tidak hanya berdiri menyaksikan, tetapi memilih duduk bersila sejajar dengan mahasiswa di halaman kantor DPRD, mendengar setiap suara yang dilontarkan dari mimbar aksi.
Ketua GMNI Pasaman Andan Hasayangan Hasibuan bersama Ketua HMI Cabang Pasaman Lelti Saputri Yeni tampil bergantian menyampaikan tuntutan.
Aliansi meminta DPR RI segera mengesahkan RUU Perampasan Aset, menolak kebijakan kenaikan tunjangan DPR, serta mendesak reformasi di tubuh DPR agar lebih transparan dan akuntabel.
Selain itu, mereka menyoroti pasal-pasal kontroversial dalam RKUHAP yang dinilai bermasalah dan menuntut agar pengesahannya ditunda. Massa juga menegaskan perlunya reformasi Polri serta menolak pendidikan dan kesehatan dijadikan korban efisiensi anggaran.
“Pemerintah harus berani berubah. Kapolri harus mundur, reformasi Polri harus dilakukan. Pendidikan dan kesehatan adalah hak rakyat!” seru Andan dan Lelti kompak, disambut tepuk tangan panjang para mahasiswa.
Menanggapi itu, Bupati Welly Suhery angkat bicara. Suaranya tenang, namun penuh penghargaan.“Saya bangga pada kalian, aktivis muda. Aspirasi yang disampaikan dengan damai, sopan, dan intelek adalah cermin kedewasaan berdemokrasi. Mari kita jaga kebersamaan ini demi Pasaman yang kondusif dan sejahtera,” ucapnya.
Ketua DPRD Pasaman menambahkan bahwa aspirasi tersebut tidak akan berhenti di lapangan. “Kami akan memperjuangkannya hingga ke tingkat pusat. DPRD Pasaman siap menjadi jembatan rakyat,” tegasnya.Hingga sore hari, aksi damai berlangsung tertib tanpa insiden.
Apa yang awalnya dimulai sebagai unjuk rasa berakhir menjadi ruang dialog, memperlihatkan bahwa mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah mampu duduk bersama, setara, demi menata masa depan Pasaman dengan semangat persatuan.