Padang, – Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Barat kembali meninggalkan duka mendalam. Di Padang, khususnya Lubuk Minturun, Kamis (27/11/2025), arus deras menghancurkan rumah warga dan memicu kepanikan. Namun di tengah musibah itu, publik dikejutkan oleh viralnya ribuan potongan kayu yang menumpuk di muara Batang Kuranji dan Pantai Parkit, Air Tawar, Kota Padang.
Pemandangan tersebut menimbulkan dugaan adanya kerusakan hutan di bagian hulu. Menyikapi isu ini, Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Sumatera Barat, Ferdinal Asmin, memberikan penjelasan resmi melalui pesan WhatsApp kepada PenaHarian.com pada Sabtu (29/11/2025).
Menurut Ferdinan, kayu yang terbawa arus bukanlah hasil pembalakan liar atau penebangan untuk diperjualbelikan, sebagaimana dispekulasikan masyarakat. Ia menegaskan bahwa material tersebut mayoritas merupakan kayu yang hanyut akibat bencana.
“Menurut kami, batang pohon yang terbawa arus banjir adalah material pohon yang terbawa akibat longsor atau bekas-bekas potongan pohon dari ladang masyarakat, serta potongan kayu dari rumah atau pondok-pondok yang tersapu air,” ujar Ferdinan. Ia menambahkan, jika diamati dari video yang beredar, tidak tampak potongan kayu gelondongan besar hasil gergaji mesin.
Ferdinan menjelaskan bahwa hulu Batang Kuranji terdiri atas Hutan Konservasi, Hutan Lindung, serta Areal Penggunaan Lain milik masyarakat. Aktivitas yang terpantau di kawasan tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat, bukan aktivitas penebangan kayu komersial. “Sejauh ini tidak ada indikasi pengambilan kayu untuk diperdagangkan. Yang ada adalah pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat,” katanya.
Selain itu, analisis sementara citra penggunaan lahan 2019–2024 menunjukkan perubahan tutupan hutan di Kota Padang sekitar 1,08 persen, yang sebagian besar berubah menjadi perkebunan atau ladang masyarakat. Untuk tingkat Sumbar, perubahan lahan diperkirakan 1–1,5 persen, dan data final akan dirilis akhir tahun.
Ferdinan menyebut pihaknya saat ini tengah melakukan groundcheck di lapangan. Banyaknya bekas longsoran ditemukan, dan jika ditemukan indikasi pelanggaran kehutanan, kasus akan ditindaklanjuti sesuai kewenangan. Ia juga memastikan tidak ada perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan hulu Batang Kuranji.
Ia menekankan bahwa anomali cuaca ekstrem dalam sepekan terakhir berperan besar terhadap bencana ini. BMKG melaporkan curah hujan yang sangat lebat dan berlangsung berhari-hari, menyebabkan wilayah DAS terpapar hujan tanpa henti.
“Sekitar 49 persen wilayah DAS di Kota Padang masih berpenutupan hutan. Namun kami tetap memonitor kegiatan perkebunan masyarakat di kawasan hutan dan akan melakukan tindakan bila ditemukan pelanggaran,” pungkasnya.
Sementara itu, BPBD Sumbar hingga Sabtu pagi mencatat 61 korban meninggal akibat banjir dan longsor di sejumlah daerah. Korban terbanyak berada di Kabupaten Agam dengan 47 orang, disusul Padang, Padang Panjang, Pasaman Barat, dan Kota Solok. “Masih ada korban dalam pencarian,” kata Juru Bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab.