Padang, – Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pelaksanaan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Tahun Anggaran 2024 pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Panti Sosial Asuhan Anak Bina Remaja (PSAABR) Budi Utama Lubuk Alung menemukan adanya kelebihan pembayaran pada belanja biaya pendidikan anak asuh bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Barat.
Panti Sosial Budi Utama Lubuk Alung merupakan UPTD di bawah Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat yang melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi 75 anak asuh yang tinggal di dalam panti. Seluruh kebutuhan anak, termasuk biaya pendidikan, dibiayai melalui APBD Provinsi Sumatera Barat.
Anak-anak asuh bersekolah di sepuluh sekolah sekitar panti, mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK, dan menerima uang saku serta biaya pendidikan seperti uang komite, LKS, seragam, dan kebutuhan sekolah lainnya. Namun, berdasarkan reviu dokumen pertanggungjawaban dan hasil konfirmasi BPK, ditemukan kelebihan pembayaran biaya pendidikan yang tidak didukung bukti memadai.
Dalam laporan pertanggungjawaban panti, tercantum sejumlah kegiatan sekolah yang ditandatangani pihak sekolah. Namun, hasil konfirmasi BPK kepada guru penerima dana komite di SMAN 1 Lubuk Alung dan SMKN 1 Enam Lingkung pada 20 Maret 2025 mengungkapkan bahwa dana yang diterima sekolah tidak sebesar yang dilaporkan oleh pihak panti.
Guru yang membantu bendahara komite di SMAN 1 Lubuk Alung menyampaikan bahwa pihak panti juga meminta bantuan untuk mencantumkan kegiatan anak asuh yang dilaksanakan di luar sekolah.
Selain konfirmasi BPK langsung ke pihak sekolah yang menandatangani laporan
pertanggungjawaban, konfirmasi juga dilakukan melalui formulir yang disampaikan ke sekolah dengan rincian kegiatan sesuai dengan dokumen pertanggungjawaban.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Lubuk Alung, Arizon, membenarkan adanya permasalahan tersebut. Ia menjelaskan bahwa dirinya telah menanyakan kepada guru yang menandatangani dokumen terkait, dan guru tersebut menyampaikan bahwa pihak PSAABR Budi Utama Lubuk Alung yang meminta tanda tangan, sehingga ia langsung menandatangani.
Arizon juga mengakui bahwa sekolah memang menerima sumbangan uang komite, namun tidak dipaksakan dan jumlahnya tidak ditentukan. Ia tidak dapat menjelaskan berapa besar sumbangan uang komite yang dibayarkan oleh pihak panti sosial untuk anak asuh yang bersekolah di SMAN 1 Lubuk Alung.
Selain itu, Arizon mengaku tidak mengingat secara pasti berapa jumlah anak panti sosial yang saat ini bersekolah di sekolah tersebut.